Senin, 25 September 2017

METODE KONSTRUKSI TANKI TIMBUN 1000 MT CPO





A.             LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi pekerjaan fabrikasi, pemasangan, pengecatan, test quality, dan kalibrasi dengan rincian umum antara lain:
1.     Fabrikasi dan pemasangan
a.     Bottom plate                = ASTM A-36
b.     Shell plate                   = ASTM A-36
c.     Roof rafter                   = ASTM A-36
d.     Roof plate                    = ASTM A-36
e.     Piping system                              
2.     Pengecatan (coating)              = internal dan eksternal tanki
3.     Test quality                              = vacuum, penetrant, hydro, pressure
4.     Kalibrasi                                  = Badan Metrologi

B.           SPESIFIKASI DAN KODE
Pada saat pelaksanaan kerja tanki dasar kode yang akan dipakai adalah API Standard 650, tenth edition, November 1998, Addendum November 2001; ASME Section IX, Juli 1, 2001 Edition.
Material yang digunakan sesuai dengan spesfikasi teknis dalam dokumen tender kontrak, antara lain:
1.     Plate dan besi profile              = ASTM A-36
2.     Pipa process (seamless)        = ASTM A-106 Gr. B Sch 40
3.     Pipe steam (stainless)            = ASTM A312 TP 304 Sch 20s
4.     Elbow                                      = ANSI B16.9 Gr. WBP
5.     Flange                                     = DIN PN16 A105
6.     Valve                                       = JIS 10K PN16

C.             UMUM
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tanki maka akan dilakukan percepatan mobilisasi  material, pendatangan tenaga dan peralatan kerja, program kerja dan evaluasi progress fisik berkala. Pemasangan tanki mengikuti hasil inspeksi dan pengetesan sebagai panduan kerja secara bertahap. Untuk pekerjaan pengelasan (welding) tidak akan dilakukan dengan alasan jika hujan dan basah pada permukaan yang akan dilas, jika angin mengganggu aktifitas welder, jika pengelasan tidak mengikuti kode dan aturan kerja.
D.           MATERIAL DAN COMSUMABLE
Material akan disediakan (sesuai dokumen tender) oleh Waskita. Material yang didatangkan akan diperiksa secara quality dan quantity, yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari owner. Untuk penyimpanan material plate, pipe, besi profile tidak akan bersentuhan langsung dengan tanah. Untuk material valve dan aksesoris lainnya akan disimpan dalam gudang.

Material comsumable seperti kawat las akan disesuaikan dengan spesifikasi material (steel grade) yang akan dilas dan sesuai ketentuan dalam dokumen tender kontrak.



E.             METODE KERJA
1.              PEKERJAAN PERSIAPAN
Penyiapan area kerja yang berupa pembersihan, penentuan batas lokasi stock yard material, lokasi workshop, direksi keet pelaksana, gudang material dan alat, jalur mobilisasi, dan pembuatan saluran air.
Untuk menunjang pelaksanaan kerja di lapangan, maka di area kerja akan dilengkapi fasilitas dan segala kelengkapannya meliputi kantor direksi keet pelaksana, gudang penyimpanan, dan workshop.
2.              FABRIKASI
Untuk percepatan pekerjaan maka akan dialokasikan manpower khusus untuk pekerjaan fabrikasi. Pekerjaan fabrikasi utamanya meliputi pemotongan diagonal sisi plate, penge-roll-an plate shell, fabrikasi dan perakitan roof rafter (rangka atap), dan peng-roll-an pipa steam coil.
Gambar: Fabrikasi dan pengerollan shell plate
3.              PASANG BOTTOM PLATE
Aplikasi pemasangan bottom plate sesuai dengan susunan tipe sambungan yang ditunjukkan pada gambar. Pada awalnya pasang sumpit pada tengah pondasi, kemudian pasang center bottom plate B2 (sesuai marking surveyor diatas pondasi). Penyusunan bottom plate dimulai dari tengah ke arah luar sesuai urutan pada gambar.Peletakkan dan moving bottom plate menggunakan lifting equipment (crane atau dengan chain block).

Gambar: Pemasangan sumpit dan bottom plate
Untuk adjustment susunan bottom plate maka digunakan clamp, kemudian arah longitudinal dan transversal sambungan plate akan di-tack welded sementara. Panjang tack welded adalah minimum 25 mm tiap jarak 500 mm. Setelah semua tersusun dan diameter bottom sudah sesuai gambar, maka semua sambungan dilas penuh.

Gambar: Pemasangan clamp dan full welding bottom plate

4.              PASANG SHELL PLATE
Peralatan utama erection shell plate adalah instalasi stelling terpasang di dalam  tanki yang terdiri dari komponen pipa, besi siku dan winch.

Gambar: Pemasangan instalasi stelling
Shell plate ring ke-1 di-erection sesuai urutan pemasangannya. Untuk adjustment posisi plate menggunakan vertical clamp dan pin. Setelah sesuai pada posisinya, maka surveyor akan mengukur levelness, vertikalitas, dan roundness, yang kemudian akan di-adjusting agar sesuai dengan gambar. Setelah adjusting lalu dilanjutkan dengan pengelasan penuh. Kemudian shell plate ring ke-2 dan seterusnya dapat dipasang seperti langkah pertama dengan bantuan horizontal clamp untuk adjustment. Top angle ring dapat dipasang jika shell plate paling atas sudah selesai dilas penuh.

Gambar: Erection shell plate


Gambar: Pengelasan shell plate
Selama erection shell dipakai metode tack welded sementara sambungan horizontal dan vertical. Untuk mempertahankan gap sambungan horizontal akan dipakai plate sisip 3 mm.
Toleransi dimensi shell plate, antara lain:
a.     Deviasi sambungan las vertical tidak lebih 13 mm, pemeriksaannya dapat menggunakan plate panjang 900 mm dengan ukuran radius tanki
b.     Deviasi sambungan las horizontal tidak lebih 13 mm, pemeriksaannya dapat menggunakan plate panjang 900 mm
c.     Deviasi garis tegak dari top shell ke bottom shell tidak lebih 1/200 tinggi tanki.
d.     Deviasi toleransi radius shell adalah +/- 19 mm untuk diameter tanki 12 s.d 45 m.

5.              PASANG ROOF RAFTER
Setelah alat stelling dibongkar, semua komponen rangka atap yang telah dipabrikasi dilansir ke dalam tanki. Semua komponen tersebut akan di-assembling di bawah dengan metode sambungan las. Sebelum di-erection, rangka atap akan terlebih di-sandblast sampai pengecatan finish. Alat angkat utama menggunakan chain block (kapasitas minimum 10 ton) yang dipasang 8 titik di plate shell paling atas.


Gambar: Instalasi chain block


Gambar: Erection shell plate

6.              PASANG ROOF PLATE
Pemasangan roof plate sesuai dengan urutan pada gambar. Lifting roof plate secara bertahap, untuk mencegah distorsi posisi maka dilakukan pengelasan bagian traversal dengan metode tack welded. Setelah semua plate disusun dan diperiksa kondisi diameternya kemudian dilas penuh.

Gambar: Erection shell plate

7.              PASANG NOOZLE DAN PIPA
Pemasangan noozle dan system pipa dilakukan setelah roof rafter terpasang.Semua noozle dan sistem pemipaan dipasang sesuai dengan gambar dan spesifikasi material yang disetujui.
Perlu diperhatikan adalah jenis kawat las yang digunakan. Untuk sambungan las dari pipa carbon ke carbon steel menggunakan tipe 308, sedangkan sambungan las dari pipa stainless (TP 304) yang bersinggungan dengan carbon steel menggunakan kawat las tipe 309.


Gambar: Pemasangan pipa dan noozle
8.              INTERNAL DAN EKSTERNAL COATING
Pengecatan dilakukan jika sudah mendapat izin dari pengawas lapangan dengan ketentuan bahwa permukaan tanki yang akan di-cat sudah bersih, pengelasan sambungan sudah baik, sudah dilakukan vacuum test, penetrant test, dan water test. Ketebalan cat disesuaikan dengan spesifikasi kontrak dan prosedur kerjanya sesuai dengan provider material cat yang telah disetujui owner.
Metode pengecatan menggunakan airless spray yang aplikasinya dibantu dengan alat gondola dan alat bantu scaffolding. Ketebalan cat diukur dengan alat dry film thickness.

Gambar: Internal coating


Gambar: Eksternal coating

9.              VACUUM TEST
Metode pengujian ini menggunakan kotak vacuum (vacuum box) dengan kaca transparan dan dilengkapi dengan vacuum pumpuntuk menarik udara dari dalam vacuum box.
Setiap sambungan las bottom plateakan diuji vacuum. Permukaan sambungan las tesebut di-spray dengan campuran air sabun kemudian dipasang vacuum box. Besaran nilai isap pompa pada dial adalah minimum 20 Kpa dan dilakukan selama 5 detik. Perhatikan permukaan sambungan las selama di-vacuum, jika terjadi gelembung udara maka sambungan dalam kondisi retak atau bocor, dan sebaliknya jika tidak terjadi gelembung udara maka sambungan las dalam kondisi baik.Overlapping pengetesan ini dilakukan minimum 5 cm untuk tiap section-nya.

Gambar: vacuum test bottom plate dan dial gauge

10.           PENETRANT TEST
Prinsip metode ini adalah memanfaatkan sifat kapiler cairan penetrant (berwarna terang dan viskositas rendah) masuk ke dalam celah diskontinuitas serta kerja cairan developer untuk mengangkat kembali cairan penetrant yang meresap pada celah tersebut.
Jika ada indikasi atau tanda yaitu cairan penetrant (merah) terlihat (menembus) cairan developer (putih) maka hal tersebut  menandakan bahwa pada area sambungan las tersebut terjadi  crackatau retak. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan perbaikan dengan metode perbaikan berdasarkan pada prosedur perbaikan pengelasan storage tank.Dan tahap selanjutnya adalah melakukan ulang pelaksanaan prosedur inspeksi penetrant test ini.
Bila tidak terjadi tembusan pada cairan developer (putih) atau perubahan warna pada permukaan, hal tersebut menandakan bahwa sambungan pengelasandalam  kondisi baik.Pencatatan hasil pengujian dilakukan dalam formulir Liquid Penetrant Test Report.
Evaluasi tanda atau indikasi hasil pengujian pada permukaan plate untuk standard keberterimaan adalah berdasarkan ukuran 1/16” atau 1,5 mm dengan rincian antara lain:
a.     Indikasi atau tanda yang berupa garis lurus: panjangnya tidak boleh 3 kali dari lebarnya
b.     Indikasi atau tanda yang berbentuk bulat atau oval: panjangnya tidak boleh 3 kali lebarnya atau 3/16” atau 5 mm
c.     Tidak boleh ada 4 atau lebih tanda bulat dalam satu garis lurus tiap jarak 1/16” atau 1,5 mm (tepi ke tepi)

Gambar: Aplikasi penetrant test



11.           WATER TEST
Water fiiling test adalah pengujian untuk mengidentifikasi kebocoran pada tanki. Tanki diisi dengan air tawar secara bertahap sampai penuh, dalam masa itu tanki diperiksa secara visual apakah terjadi kebocoran kemudian di-check vertikalitasnya apakah sesuai toleransi kemiringan yang disyaratkan
b.     Tahap 1 pengetesan:
1.     Tanki diisi air sebanyak 25% dari kapasitas penuhnya
2.     Cek kebocorannya secara visual didaerah pengelasan dan nozzle-nozzlenya
3.     Bilamana tidak terjadi kebocoran, maka selanjutnya di-checkleveling (toleransi kemiringan max. H/200, dimana H = ketinggian tanki)
c.     Tahap 2 pengetesan:
1.     Tanki diisi 50% dari kapasitas penuhnya dan di-check sesuai tahap pertama
2.     Cek kebocoran pada dinding-dinding pada level 50%, bila ada kebocoran maka pengisian air sementara di-stop dulu untuk dilakukan perbaikan.
d.     Tahap 3 pengetesan:
1.     Tanki diisi 75% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesuai  tahap pertama
2.     Cek kebocoran pada dinding-dinding pada level 75%, bila ada kebocoran maka pengisian air sementara di-stop dulu untuk dilakukan perbaikan.
e.     Tahap 4 pengetesan:
1.     Tanki diisi 100% dari kapasitas penuhnya dan dicek sesuai tahap pertama
2.     Bila tanki sudah penuh dan sudah sesuai dengan level max. 100%, maka air didiamkan dalam tanki selama 3 x 24 jam, dan bila sudah mencapai 72 jam selanjutnya air dikeluarkan (dewatering) dengan perlahan-lahan dengan posisi manhole atas tetap selalu dibuka.
3.     Bilamana terjadi kebocoran maka harus diperbaiki terlebih dahulu lalu dilanjutkan
Tahap pengisian dapat dilaksanakan 2( dua) atau 1 (satu) tahap saja, tergantung dari kapasitas tanki atau sesuai persetujuan pihak inspector (owner), pengecekan dilaksanakan tahap demi tahap sesuai kebutuhan atau kapasitas tanki dan disusun laporannya.
f.      Tahap 5 pengetesan:
Bila air didalam tanki sudah habis keluar semua, maka dilanjutkan dengan permbersihan dinding-dinding dan bottom tanki dengan air tawar agar dinding dan plate bottom tidak berkarat dan tidak kotor.Setelah dinding & bottom sudah bersih maka dapat dilakukan inspeksi.
g.     Tahap 6 pengetesan:
Pemasangan manhole pada bagian dinding bawah dengan menggunakan gasket permanen.



Gambar: Pelaksanaan water test
Metode pengukuran vertikalitas
Pengukuran dilakukan terhadap elevasi pondasi beton tanki dan bottomplate sebagai control dan pengukuran pada bagian atas shell (bacaan load atas) dan bawah shell (bacaan load bawah) untuk mengetahui kondisi vertikalitas dengan deviasi maksimum yang disyaratkan H/200 (H = tinggi tanki).


Gambar: ilustrasi sket pengukuran vertikalitas

12.          

13 komentar: